Rangkuman Buku Dasar-dasar Humas
(Frida Kusumastuti)
Untuk Memenuhi Tugas Hubungan Masyarakat
Dosen pengajar : Hj. I.G.A. Aju Nitya Dharmani, SE, MM.
(Frida Kusumastuti)
Untuk Memenuhi Tugas Hubungan Masyarakat
Dosen pengajar : Hj. I.G.A. Aju Nitya Dharmani, SE, MM.
oleh:
PK 09 A
DINI PUSPA RIAWATI 098554075
AISYATUR RAHMAH 098554131
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI
PRODI ADMINISTRASI PERKANTORAN
2011
BAB I
DEFINISI HUMAS
1.1 DEFINISI HUMAS
The Internasional Public Relation Association (IPPRA) sebuah organisasi profesi tingkat Internasional, memberi definisi sebagai berikut :
PR is a management function, of a continuing and planned character, trought which public and private organization and institutions seek to win and retail the understanding, sympathy and support of those with whom they are or may be concerned – by evaluating public opinion about themselves, in order to correlate, as far as possible, their own policies and procedures, to archive by planned and widespread information more productive cooperation and more efficient fulfillment of their common interest.
Webster’s New International Dictionary edisi ketiga, memberi definisi public relation sebagai:
1. The promotion or rapport and goodwill between a person, firm, or institution and other person, special publics, or the community at large through the distribution of interpretative material, the development of neighborly interchange, and the assessment of public relation.
2. a. The degree of understanding and good will achieved between and individual, organization, or institutions and the public.
b. The application of the techniques for achieving this relationship.
3. a. The art or science of developing reciprocal understanding and goodwill.
b. The professional staff entrusted with this task.
Sementara John E. Marston dalam Modern Public Relation (1979) memberikan definisi yang bersifat umum, yakni:
“ Public Relation is planned, persuasive communication designed to influence significant public.”
Robert T. Relly dalam bukunya, The Action of Public Relations (1981),menyebutkan:
“Public Relation practice is the art and social science of analyzing trends, predicting their consequences, counseling organizations leader, and implementing planned program of action which serve both the organization’s and the public interest.”
William L. Rivers dan kawan-kawan (dikutip dari makalah Toto Tasmara dalam Seminar Managerial Skill Work Shop, Labmend, Jakarta, 1990) mendefinisikan public relation sebagai berikut:
“ Public relation is the skilled of communication of ideas to the various publics with the object of producing a desired result … to the change the public image of an individual or corporation or to other public attitude toward company policies.”
1.2 KARAKTERISTIK HUBUNGAN MASYARAKAT
1.2.1 Adanya Upaya Komunikasi yang Bersifat Dua Arah
Hakikat humas adalah komunikasi. Komunikasi yang menjadi cirri kehumasan adalah komunikasi dua arah yang memungkinkan terjadinya arus informasi timbal balik.
Komunikasi timbal balik dalam praktik kehumasan bukan berarti komunikasi yang harus bersifat langsung, melainkan bersifat tertunda (delayed). Oleh karena itu, setiap upaya yang memungkinkan terjadinya arus timbal balik dapat disebut sebagai komunikasi kehumasan. Upaya-upaya tersebut misalkan dengan menyediakan sarana/media komunikasi. Petugas/bagian humas di sini merupakan dinamisator dan pendorong bagi publik untuk memanfaatkan sarana/media komunikasi secara efektif.
1.2.1 Sifatnya yang Terencana
Sifat humas yang terencana akhirnya mengandung pengertian bahwa kerja/aktivitas humas merupakan kerja/aktivitas yang berkesinambungan, memiliki metode, terintegrasi dengan bagian lain dan hasilnya tangible (nyata). Syarat Terencana dan Berkesinambungan ini merupakan salah satu syarat yang dinilai dalam kompetensi tertinggi PR internasional, yakni Golden World Awards for Excellen in PR (GWA) yang diselenggarakan IPRA (International Public Relation Association).
1.2.3 Berorientasi pada Organisasi/Lembaga
Humas berorientasi pada organisasi/lembaga untuk mencapai pengetian, kepercayaan, dan dukungan publik. Syarat mutlak dalam kerja humas adalah pemahaman yang tinggi terhadap visi, misi, dan budaya organisasi/lembaga. Visi, misi dan budaya organisasi/lembaga inilah yang menjadi materi utama humas, sehingga dapat mencapai tujuan humas dan mendukung tujuan manajemen lainnya.
1.2.4 Sasarannya adalah Publik
Sasaran humas adalah publik, yaitu sutu kelompok dalam masyarakat yang memiliki karakteristik kepentingan yang sama. Dalam praktik publik ini dikelompokkan menjadi dua, yakni publik internal (mereka yang bekerja dalam organisasi/lembaga dengan karakteristik kepentingan yang sama berada di dalam organisasi/lembaga tersebut) dan publik eksternal (Publik ini berada di luar organisasi/lembaga).
BAB II
KEBERADAAN HUMAS DALAM ORGANISASI
2.1 TUJUAN HUMAS
2.11 Terpelihara dan Terbentuknya Saling Pengertian
Tujuan humas adalah terjaga dan terbentuknya kognisi,, afeksi, dan perilaku positif publik terhadap organisasi/lembaga.
Tujuan humas pada akhirnya adalah membuat publik dan organisasi/lembaga saling mengenal. Baik mengenal kebutuhan, kepentingan, harapan, maupun budaya masing-masing. Dengan demikian, aktivitaskehumasan haruslah menunjukkan adanya usaha komunikasi untuk mencapai saling kenal dan mengerti tersebut.
Contoh tujuan hubungan organisasi/lembaga dengan publik pers (external public relations).Pada hubungan ini, pertama humas harus dapat menginformmasikan tentang siapa, dimana, apa organisasi/lembaga kita dan kepentingan organisasi/lembaga kepada pers – biasanya berkaitan dengan publisitas – di sisi lainnya humas juga harus dapat memberikan informasi kepada manajeman/decision maker tentang siapa saja pers, cara kerjanya, manajemennya, dan kepentingan pers kepada organisasi/lembaga-biasanya berkaitan dengan tersedianya fakta/peristiwa yang memiliiki nilai berita dan tersedianya sumber berita. Tugas humas kemusian mempertemukan dua kepentingan untuk saling mengerti.
2.1.2 Menjaga dan Membentuk Saling Percaya (Aspek Afeksi)
Bila tujuan yang pertama mengarah pada penguatan dan perubahan pengetahuan (kognisi), maka tujuan berikutnya adalah lebih pada tujuan emosi, yakni pada sikap (afeksi) saling percaya (mutual confidence). Untuk mencapai tujuan saling percaya ini, prinsip –prinsip komunikasi persuasive dapat diterapkan.
2.1.3 Memelihara dan Menciptakan Kerja Sama (Aspek Psikomotoris)
Tujuan berikutnya adalah dengan komunikasi diharapkan akan terbentuknya bantuan dan kerja sama nyata. Artinya, bantuan dan kerja sama ini sudah dalam bentuk prilaku atau termanifestsikan dalam bentuk tindakan tertentu.
2.2 FUNGSI HUMAS
Dalam buku Public Relations: Teori dan Praktek yang ditulis oleh Djanalis Djanaid (1993) disebutkan dua fungsi PR, yakni fungsi konstruktif dan fungsi korektif.
1. Fungsi Kontruktif
Fungsi kontruktif ini mendorong humas membuat aktivitas ataupun kegiatan-kegiatan yang terencana, berkesinambungan yang cenderung bersifat proaktif. Termasuk di sini humas bertindak secara preventif (mencegah).
2. Fungsi Korektif
Dalam fungsi ini apabila sebuah organisasi/lembaga terjadi masalah-masalah (krisis) dengan public, maka humas harus berperan dalam mengatasi terselesaikannya masalah tersebut.
Sementara Cutlip and Center mengatakan bahwa fungsi PR meliputi hal-hal berikut.
1. Menunjang kegiatan manajemen dan mencapai tujuan organisasi.
2. Menciptakan komunikasi dua arah secara timbal balik dengan menyebarkan informasi dari perusahaan kepada public dan menyalurkan opini public pada perusahaan.
3. Melayani publik dan memberikan nasihat kepada pimpinan organisasi untuk kepentingan umum.
4. Membina hubungan secara harmonis antara organisasi dan publik, baik internal maupun eksternal.
The British Institute of Public Relation mendefinisikan fungsi PR sebagai berikut:
“The deliberate, planned and sustained effort to establish and maintain mutual understanding between an organization ant its publics”
Fungsi PR juga dapat dilihat dari deskripsi keja Carl Byoir & Associates, sebuah konsultan atau agency PR, meliputi sebagai berikut :
1. Analysis … of policies and objectives of the client … of relationships with various public …
2. Planning and programming … of specific undertaking and projects …
3. Implementation … of the program and projects.
2.3 PERANAN PETUGAS HUMAS
Dalam makalah I Gusti Ngurah Putra disampaikan bahwa konsep peranan petugas humas dikembangkan oleh Broom dan kemudian oleh Broom and Smith (Dozier, 1992), peranan petugas/praktisi humas merupakan salah satu kunci penting untuk pemahaman fungsi humas dan komunikasi organisasi.
Peranan petugas humas dapat dibedakan menjadi 2 (dua), yakni peranan managerial (communication manager role) dan peranan teknis (communication technician role). Peranan manajerial dikenal dengan peranan di tingkat messo (manajemen) dapat diuraikan menjadi 3 peranan, yakni expert preciber communication problem solving process facilitator, dan communication facilitator. Sehingga bisa dijelaskan lebih jauh 4 peranan, meliputi:
1. Expert Preciber Communication.
Petugas PR dianggap sebagai orang ahli. Dia menasihati pimpinan perusahaan/organisasi. Hubungan mereka diibaratkan seperti hubungan dokter dan pasien.
2. Problem Solving Process Facilitator
Yakni peranan sebagai fasilitator dalam proses pemecahan masalah. Pada peranan ini petugas humas melibatkan diri atau dilibatkan dalam setiap manajemen (krisis).
3. Communication Facilitator
Perananan petugas humas sebagai fasilitator komunikasi antara perusahaan/organisasi dengan publik. Baik dengan publik eksternal maupun internal.
4. Technician Communication
Petugas humas dianggap sebagai pelaksana teknis komunikasi. Dia menyediakan layanan di bidang teknis, sementara kebijakan dan keputusan teknik komunikasi mana yang akan digunakan bukan merupakan keputusan petugas humas.
2.4 TUGAS HUMAS
Ada tiga tugas humas dalam organisasi/lembaga yang berhubungan erat dengan tujuan dan fungsi humas. Ketiga tugas tersebut adalah :
1. Menginterpretasikan, menganalisis, dan mengevaluasi kecenderungan perilaku publik, kemudian direkomendasikan kepada manajemen untuk merumuskan kebijakan organisasi/lembaga.
2. Mempertemukan kepentingan organisasi/lembaga dengan kepentingan publik.
3. Mengevaluasi program-program organisasi/lembaga, khususnya yang berkaitan denan publik.
Sementara Astrid S. Susanto mengutip pendapat Cutlip & Center menyatakan tugas PR perusahaan adalah sebagi berikut:
1. Mendidik melalui kegiatan nonprofit suatu publik untuk menggunakan barang/jas instansinya.
2. Mengadakan usaha untuk mengatasi salah paham antara instansi dengan publik.
3. Meningkatkan penjualan barang/jasa.
4. Meningkatkan kegiatan perusahaan yang berkaitan dengan kegiatan masyarakat sehari-hari.
5. Mendidik dan meningkatkan tuntutan serta kebutuhan masyarakat akan kebutuhan barang dan jasa yang dihasilkan perusahaan.
6. Mencegah penggeseran penggunaan barang attau jasa yang sejenis dari pesaing perusahaan oleh konsumen.
2.5 KEGIATAN HUMAS
Kegiatan humas pada hakikatnya adalah kegiatan berkomunikasi dengan berbagai macam simbol komunikasi, verbal maupun nonverbal.
Kegiatan terbesar humas adalah menulis, editing, media relations, special event, berbicara, produksi, riset , programming, dan konseling (konsultasi). Sedangkan waktu terbesar petugas humas adalah untuk koordinasi, pernecanaan, dan negosiasi.
BAB III
ALAT – ALAT HUMAS
Alat – alat yang dapat digunakan oleh humas untuk mencapai tujuan – tujuan humas :
3.1 IKLAN
Rhenald Kasali dalam Manajemen Public Relation (1994) menyebutkan iklan korporat. Iklan korporat dapat dikatakan sebagai iklan yang tidak secara langsung menampilkan produk, melainkan lebih menampilkan “sosok” produsen. Iklan jenis ini lahir dari adanya hasil riset yang menunjukkan bahwa perilaku konsumen sebagian didorong oleh citra atu reputasi produsen. Masih menurut Rhenald (1994:151), setidaknya ada empat jenis iklan korporat, yakni public relation advertising, institutional advertising, corporate identify advertising, dan recruitment advertising.
1. Public Relation Advertising
Adalah iklan yang ditujukan kepada masyarakat dengan tujuan menjelaskan tentang suatu hala menyangkut pelayanannya. Sifat pesanannya adalah informative atau sekedar pemberitahuan melalui media massa. Keuntungan iklan jenis ini adalah mengurangi kesalahan petugas humas dalam menyampaikan hal-hal yang mungkin belum dikuasai.
2. Institutional Advertising
Iklan jenis ini bertujuan untuk memperkuat image dan awareness. Pesan-pesan yang disampaikan cenderung lebih filosofi. Keuntungan jenis iklan ini adalah menjadikan perusahaan tampil lebih “berwibawa” dan mengesankan “kebesarannya”.
3. Corporate Identity Advertising
Adalah jenis iklan yang menampilkan beberapa identitas perusahaan yang terdiri dari grafik, logo, warna identitas, nama perusahaan, dan desain fisik lainnya. Jenis iklan ini bisanya digunakan bila perusahaan ingin menyampaikan adanya perubahan identitas. Keuntungan iklan ini adalah dapat mempermudah masyarakat mengenal dan mengingat perusahaan.
4. Recruitmen Advertising
Bentuk, ukuran, desain, penggunaan kata,, dan kejujuran dalam iklan lowongan pekerjaan menjadi pertimbangan tersendiri bagi masyarakat untuk menilai reputasi perusahaan.
Praktisi humas yang care terhadap terbentuknya image perusahaan seharusnya dilibatkan dalam proses pembuatan iklan. Begitu pula perusahaan dapatmembuat dan merancang iklan yang membawa pesan image tertentu tentang perusahaannya secara elegan.
3.2 PAMERAN
Selain iklan, pameran juga digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan humas. Kegiatan pameran, baik yang diadakan sendiri mupun organisasi lein, merupakan ajang publikasi yang baik. Pembukaan pameran yang biasanya dengan upacara dan mengundang beberapa pejabat atau tokoh masyarakat akan mengundang kedatangan pers.
Bagian humas dapat juga memanfaatkan pameran untuk menyebarkan sebanyak mungkin publikasi melalui kartu, display, booklet, leaflet tentang perusahaan. Stand pameran mencerminkan perusahaan, penjaga stand hars mencerminkan budaya organisasi, bahan-bahan pameran yang mencerminkan kualitas produk , dan sebagainya.
3.3 MEDIA INTERNAL
Media internal atau dikenal dengan istilah majalah Ing-griya, merupakan suatu terbitan yang ditujukan untuk publik internal (karyawan dan keluarga karyawan), berisi tentang beberapa informasi perusahaan, sifatnya top down maupun bottom up, tujuannya untuk menciptakan kondisi yang well informed dan membina loyalitas antara karyawan dengan perusahaan. Terbitan Ing-griya dapat juga sebagai media publikasi tersendiri bagi perusahaan di kalangan eksternal publik.
3.4 FOTOGRAFI
Kekuatan gambar (foto) melebihi kata-kata. Selalu member dampak otentik. Dalam humas sangat diperlukan sebagai bahan publikasi, laporan, berita, iklan, maupun untuk kepentingan arsip/dokumentasi.Foto yang digunakan untuk keperluan publikasi maupun yang lain mestinya tidak boleh bertentangan dengan terjaganya image perusahaan.
3.5 FILM
Film bagi humas merupakan media komunikasi, instruksi, riset dan sebaginya. Tidak hanya film dokumenter, film ceritapun merupakan media yang efektif. Dewasa ini melalui media televisi, film-film profesi bermunculan dan membawa misi mengangkat citra profesi tertentu. Tujuan film-film adalah membentuk image positif.
3.6 PERS
Termasuk dalam kelompok media massa adalah radio, televisi, surat kabar, majalah, dan buku. Media massa yangmempunyai sifat serempak, dapat menjangkau khalayak luas dan priodik menjadi perhatian yang “agak berlebihan” bagi praktik humas. Banyak perusahaan yang khusus membentuk bagian humas atau mengangkat petugas humas untuk keperluan hubungan media massa ini.Beberapa kegiatan yang dilakukan huumas dalam hubungan ini adalah jumpa pers, perss tour, press clipping. Humas juga dapat memposisikan pers sebagai sumber informasi dan evaluasi.
BAB IV
MACAM – MACAM HUMAS
4.1 HUMAS PEMERINTAHAN
Humas pemerintahan pada dasarnya bersifat politis. Humas dalam pemerintahan dan politik tidak lepas dari opini publik. Oemi Abdurrachman (dalam James B. Orrick) mengatakan bahwa pada abad 18 para ahli filsafat politik dan negarawan telah mengembangkan suatu konsepsi mengenai peranan public opinion.
Tahun 1742 David Hume, seorang filosof Scotlandia, mengatakan :
“ it is opinion that government is founded ; and the maxim extends to the most despotic and military government, as well as to the most free and popular.”
Walter Lippman juga pernah mengatakan, “Public relation is another name for political leadership”
Ada dua sisi yang melatarbelakangi perkembangan humas pemerintahan. Pertama, adalah sisi pentingnya humas bagi pemerintah. Kedua adalah hambatan-hambatan yang dihadapi oleh humas pemerintahan. Kegiatan-kegiatan yang biasanya ditangani oleh humas antar lain adalah konfrensi pers, membuat pers, membuat press release, press clipping, pameran-pameran, menerbitkan media intern, mengorganisir pertemuan dengan masyarakat, penerangan melalui berbagai media komunikasi bagi masyarakat, mendokumentasi semua kegiatan instansi, mengorganisir kunjungan-kunjungan para pejabat, menerima keluhan masyarakat/publik.
4.2 HUMAS INDUSTRI DAN BISNIS
Humas industri dan bisnis telah diterima olehperusahaan-perusahaan besar. Humas disana merupakan fungsi manajemen yang turut menetukan suksesnya operasi suatu perusahaan.
Beberapa hal yang berpengaruh terhadap kehidupan dan operasional industri perdagangan adalah sebagai berikut :
1. Persamaan hak dan kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan bagi masyarakat, memunculkan undang-undang dan peraturan perintah yang menjadi pedoman untuk mencari dan member kesempatan kepda golongan-golongan tertentu.
2. Kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan pekerja.
3. Perlindungan terhadap investor.
4. Kontrol kualitas dan keamanan atas produk-produk dan pelayanan dengan keuntungan yang memadai.
5. Integritas manajemen.
6. Pertahanan nasionla, konservasi dan perlindungan sumber daya alam, serta perlindungan lingkungan adalah hal-hal yang sangat berpengaruh terhadap dunia industri.
7. Hak asasi manusia.
8. Hak untuk mendapatkan keterangan/informasi.
Beberapa penerapan humas dalam industry dan bisnis meliputi : hubungan dengan pelanggan dan peran humas terhadap marketing yang pada akhirnya melahirkan terapan marketing PR (MPR), hubungan dengan pemegang saham, hubungan dengan karyawan, hubungan dengan pers, bantuan untuk merekrut pegawai baru, hubungan dengan komunitas, hubungan antar perusahaan/organisasi lain, hubungan dengan pemerintah ( legislative dan eksekutif).
4.3 HUMAS SOSIAL
Misi utama humas adalah mengembangkan saling pengertian, kepercayaan, dan bantuan atas keja sama.
Humas Penegak Hukum
Penegak hukum perlu mendengarkan dan tanggap terhadap kepentingan umum supaya mereka dapat membantu masyarakat dengan baik.
Humas Organisasi Keagamaan
Organisasi keagamaan ini sekarang banyak memiliki staf humas yang mengurusi publikasi, publisitas, penerangan, pengumpulan dana, dan penyelenggaraan special event.
Humas Profesi
Maksud utama dari penerapan humas profesi adalah untuk mendapat pengakuan akan keprofesionalan dan publikasi tentang apa yang telah mereka lakukan bagi kepentingan masyarakat banyak.
Humas Organisasi Sukarela
Sam Black (1998) menyebutkan bahwa aktivitas suatu organisasi sukarela yang besar apapun macamnya adalah suatu praktik humas yang kontinu karena sebagian besar dari para pekerja, baik di pusat maupun di cabang-cabangnya yang tersbar, tidak dibayar. Namun, dana selalu diperlukan untuk memelihara semangat yang tinggi dengan tetap menarik simpati mereka terhadap tujuan organisasi dan dengan memelihara kepercayaan mereka terhadap kebijakan dan efisiensi organisasi.
4.4 HUMAS ORGANISASI INTERNASIONAL
Lahirnya hubungan internasional disebabkan oleh adanya perubahan sangat cepat di dalam segala bidang., misalnya perkembangan bidang pariwisata, bidang komunikasi, transportasi, tukar menukar di bidang pendidikan seperti pertukaran dosen dan mahasiswa, timbulnya masalah internasional dalam bidang ekonomi, politik, dan sebagainya.
Suatu contoh penerapan humas internasional selain hubungan antarnegara adalah adanya konferensi-konferensi tingkat dunia yang dihadiri oleh banyak Negara.
BAB 5
FENOMENA HUMAS
Berikut adalah contoh-contoh penerapan humas di berbagai macam organisasi/lembaga
1. Kisah di Balik Sukses Jurrasic Park (diceritakan kembali dari penuturan Jannus Hutapea dalam Lokakarya Public Relations di Universitas Trisakti, 1999)
Film Jurrasic Park yang mengambil obyek tentang dinosaurus telah memecahkan rekor penjualan (box office record) adalah salah satu kasus bagaimana strategi humas digunakan dalam menunjang pemasaran produksi film tersebut. sebelum film tersebut dilemparkan ke pasar dan diputar di gedung-gedung bioskop, masyarakat telah dibuat “demam dinosaurus” melalui strategi dan kampanye kehumasan. Sebulan sebelumnya, khususnya anak-anak, telah menikmati cerita tentang dinosaurus melalui seribu artikel yang ditulis di media massa. Seminggu sebelum pertunjukan perdana, sejumlah 438 surat kabar, tabloid, mingguan, dan majalah menulis artikel tentang Jurrasic Park. Semuanya itu menimbulkan “demam dinosaurus” dan rasa penasaran terhadap tampilan film Jurrasic Park. Keberhasilan film tersebut sangat terbangun dengan adanya publikasi (press release dan feature stories) yang sukses.
2. Kisah Persebaya (diceritakan kembali dari penuturan H. Agil Ali, dalam Short Course Public Relations, Retorika dan Protokoler oleh Indopurels dan PWI Jatim, Surabaya 1991)
Sejak adanya kompetisi sepak bola Galatama, setiap kali menghadapi PSM Ujung Pandang, Persebaya-Surabaya selalu kalah dan kondisi fisik yang “babak belur”. Hal ini berjalan selama hamper 32 tahun.
Ketika H. Agil Ali kemudian diserahi untuk mengelola Persebaya, maka upaya-upaya humas mulai dilancarkan dengan memperbaiki hubungan “bilateral” antara PSM Ujung Pandangdan Persebaya. Pertama, H. Agil Ali mempelajari karakteristik masyarakat Ujung Pandang yang religious dan secara sosiologis mereka masih mengagungkan raja-raja dan keturunannya. Kedua, H. Agil pribadi belajar psikologi warna di Pulau Bali. Hal ini berkaitan dengan kostum Persebaya yang sebelumnya berwarna hijau-hijau (sementara PSM merah-merah). Menurut ahli warna, warna merah akan hilang sinarnya bila ditutup dengan warna kuning.
Begitulah pada saatnya tiba, Persebaya harus bertanding ke Ujung Pandang melawan PSM Ujung Pandang. Dengan didahului release-release yang membangun citra positif Persebaya di kalangan masyarakat Ujung Pandang, Persebaya tampil dengan kostum baru. Sambutan positif dan applause masyarakat Ujung Pandang merupakan semangat tersendiri bagi Persebaya. Pada saat itu, setelah 32 tahun, Persebaya menang 2-0 atas PSM Ujung Pandang.
3. Kisah Mac Donald (diceritakan kembali dari penuturan Rhenald Kasali saat beraudisi tentang hasil penelitiannya,”Strategi Penanganan Krisis”, di Universitas Muhammadiyah Malang,1999)
Suatu ketika di Amerika Serikat beredar rumor bahwa McD ternyata terbuat dari daging cacing, akibatnya terjadi penurunan penjualan McD. Humas McD merespon krisis tersebut dengan serangkaian kampanye kehumasan. Langkah pertama humas adalah menulis beberapa release dan artikel di beberapa surat kabar tentang profil McD. Penekanan topik berita/artikel adalah reputasi McD yang dibangun mulai dari awal dengan sungguh-sungguh dan sepak terjangnya (kotribusinya) dalam bidang sosial kesehatan.
Setelah langkah pertama dijalankan, humas melakukan riset dengan menyebar angket untuk mengetahui sikap masyarakat. Dari angket yang masuk, ternyata sebagian masyarakat percaya bahwa McD menjaga reputasi dengan baik, namun di antara mereka sebagian besar memilih sikap tidak mau memakan McD lagi. Selidik punya selidik, masalahnya bukanlah pada citra, melainkan pada sikap masyarakat yang jijik dengan daging cacing. Maka humas pun melancarkan kampanye kedua dengan merubah topik tulisan.
Maka kemudian muncullah topik-topik seputar cacing sebagai alternatif makanan di beberapa daerah (terutama Amerika Latin). Cacing ternyata memiliki kadar protein yang tinggi, dia juga berkhasiat sebagai suatu bahan obat-obatan. Oleh karenanya, daging cacing lebih mahal daripada daging ham atau sapi dan lainnya.
Dengan demikian, ada tujuan kampanye PR. Pertama, menanamkan pengertian bahwa reputasi merupakan hal penting bagi McD, sehingga tidak mungkin McD gegabah mengganti bahan dasarnya dengan daging cacing. Kedua, menanamkan pengertian pada masyarakat bahwa cacing bukanlah binatang menjijikkan yang hanya bermanfaat bagi kesuburan tanah belaka. Cacing ternyata jjuga merupakan bahan makanan khas suku tertentu.
4. Kisah Lemak Babi Dancow (diceritakan kembali dari penuturan Miranti Abidin dalam lokakarya Profesionalisme Public Relations, di Universitas Petra Surabaya, 1998)
Pada tahun 1985-an sebuah majalah fakultas Unibraw memuat tulisan seorang dosen tentang daftar bahan makanan yang mengandunng lemak babi. Salah satunya adalah produk Nestle-susu dancow. Tulisan tersebut kemudian dikutip oleh sebuah surat kabar. Maka terjadilah gempar! Masyarakat muslim mengutuk dan mengadakan boikot terhadap produk-produk yang diduga mengandung lemak babi.
Maka dibuatlah suatu program release dan artikel tentang bahan dasar susu dancow yang diambil dari para peternak sapi di daerah Nongkojajar-Pasuruan dan Pujon-Batu-Malang. Diturunkan berita tentang pengakuan para peternak bahwa mereka berusaha keras untuk menjaga “kadar lemak” susu sapi ternaknya, jangan sampai berlebihan.
Akhirnya, muncullah sejumlah pernyataan, himbauan, dan pembuktian oleh semua tokoh masyarakat (menteri koperasi, peternak, dan tokoh-tokoh agama) akan kehalalan dancow. Sejumlah tulisan juga menjadi titik balik perlunya pelabelan halal pada semua kemasan produk, sebagai tuntutan masyarakat muslim.
5. Kisah Arianespace (diceritakan kembali dari penuturan Wicaksono Noeradi dalam lokakarya Profesionalisme Public Relations, di Universitas Petra Surabaya, 1998)
Pada tahun 1990 Indonesia membuka tender peluncuran satelit Palapa dengan kontrak bernilai miliaran dolar AS. Sejumlah perusahaan yang bergerak di bidang pelayanan transportasi luar angkasa menawarkan jasanya. Ada empat peserta tender, yaitu Amerika-NASA yang menjadi langganan Indonesia sebelumnya, Titan-Rusia, Long Marc-Cina, dan Arianespace-Perancis. Dalam waktu 6 bulan dari penawaran tender akan diumumkan siapa pemenangnya.
Salah satu konsultan Arianespace adalah perusahaan konsultan humas Indonesia yang menceritakan strategi PR untuk Arianespace, yaitu sebagai berikut:
Dengan melakukan analisis SWOT diketahui beberapa kelemahan, kekuatan, peluang, dan ancaman Arianespace
Dengan analisis tersebut, akhirnya Arianespace melancarkan serangkaian strategi dan kampanye PR untuk memenangkan tender. Salah satunya adalah membangun pengetahuan masyarakat akan adanya perusahaan berikut kelebihan-kelebihannya di beberapa surat kabar, majalah khusus ruang angkasa, dan televisi, mengajak beberapa wartawan Indonesia datang ke Kuoru City untuk menyaksikan dari dekat teknologi dan peluncuran satelit.
Pada bulan diumumkannya pemenang tender, Arianespace-lah yang memenangkan tender tersebut. keputusan ini banyak mendapat protes, khususnya pihak Amerika yang kurang waspada (karena sudah menjadi langganan). Namun seluruh pers mendukung keputusan pemerintah.
6. Kisah Hallmark
Hallmark adalah perusahaan pembuat dan distributor kartu terkenal di Amerika. Pusat perusahaan berada di Kansas City dan dikelola oleh profesional yang sangat mengerti akan manfaat humas bagi perusahaannya.
Musim semi pada tahun 1950-an Kansas City dilanda bencana banjir terbesar dalam sejarah bencana yang melanda Kansas City. Akibat bencana ini kota Kansas mengalami kondisi yang sangat buruk. Kondisi tersebut membuat banyak industri di sana mengalami kerugian besar-besaran, termasuk Hallmark.
Akhirnya Hallmark mengundang konsultan humas untuk mengatasi Kansas City yang sedang “rusak”. Mereka mengembangkan cerita dan foto-foto yang menggambarkan Kansas segera berbenah diri secara cepat akibat banjir, bahkan menjadi lebih baik sebelum bencana itu datang.
Beberapa tahun kemudian Hallmark merencanakan untuk ekspansi ke New Jersey. Mereka membangun gudang dan pusat distribusi di sana. Kerangka baja bangunan hampir selesai ketika ada seseorang yang menemukan seekor burung yang membuat sangkar di salah satu sudut rangka bangunan. Ada telur dalam sangkar tersebut. Atas saran konsultan humasnya, Hallmark segera membuat keputusan untuk menghentikan pekerjaan membangun. Pembangunan tetap dihentikan sampai saat burung tersebut membesarkan anak-anaknya dan pergi meninggalkan sarang.
Keputusan ini berakhir dengan sangat mengharukan. Ketika burung tersebut pergi, ternyata New Jersey dilanda badai yang sangat besar. Seandainya dinding-dinding sudah mulai didirikan sebelumnya, barangkali juga akan roboh dilanda badai. Rupanya kebaikan hati Hallmark telah mendapat imbalan yang setimpal dari alam.
Kisah tersebut mempesona seorang wartawan Saturday Evening Post yang saat itu memiliki distribusi dan oplah yang bagus. Maka dibuatlah cerita tentang “industri cinta” dengan memilih Hallmark sebagai suatu fenomena. Kesimpulan penulis tentang hal ini adalah Hallmark tidak hanya menjual sentiment, melainkan juga mengamalkannya. Suatu reputasi yang sangat menguntungkan dalam bisnis kartu romantis. Tulisan ini mendapat liputan dan sambutan yang luar biasa. Memang seperti dalam dongeng, namun ini nyata. Sumber-sumber berita memiliki kredibilitas yang tidak diragukan di kalangan pers. Penulis telah mewawancarai eksekutif Hallmark, konselor humasnya, dan seorang tokoh LSM pengamat burung tentang kebenaran cerita tersebut.
BAB 6
PROFIL HUMAS
1. Humas yang Melembaga/In-House PR
Pada dasarnya membahas profil bagian humas dalam suatu perusahaan tidak berbeda jauh dengan pembahasan tentang pengorganisasian humas dalam perusahaan tersebut (diistilahkan sebagai humas yang melembaga/state of being). Sebagai bidang yang melembaga, berarti memiliki seseorang yang memimpin, memiliki staf, dan (mestinya) memiliki ruang/tempat dan sarana/prasarana pendukungnya. Jabatan-jabatan yang ada dalam bagian humas memiliki tugas, wewenang, dan tanggung jawab yang jelas. Jadi pengorganisasian di sini adalah berbicara tentang struktur, wewenang, tugas, dan tanggung jawab.
Humas yang melembaga lebih dikenal dengan istilah bagian/departemen/divisi humas/PR/communication. Dalam bentuk ini terdapat dua sistem,yaitu:
a. Sistem desentralisasi
Sistem ini biasanya diterapkan pada perusahaan yang besar, dan manajemen mengerti betul akan pentingnya PR sebagai suatu pendekatan manajemen. Dalam sistem ini, aktivitas PR dikelola secara mandiri oleh seseorang yang menjabat sebagai Direktur Public Relations beserta staf-stafnya. Pengelolaan ini meliputi perencanaan, pelaksanaan, sampai dengan evaluasinya. Bagian ini membuat / merancang program-program PR bagi perusahaan secara proaktif maupun reaktif.
b. Sistem sentralisasi
Sistem ini biasanya diterapkan pada perusahaan yang tidak besar. Dimana aktivitas PR diorganisasi secara terpusat atau oleh pusat. Posisi atau kedudukan praktisi PR biasanya berada di bawah bagian yang lain dan berada di tingkat lower-middle management.
Penerapan kedua sistem di atas tergantung beberapa hal berikut:
a. Besar kecilnya perusahaan
b. Struktur organisasi perusahaan
c. Arti penting PR bagi manajemen
d. Karakteristik khas kehumasan masing-masing lembaga
2. Humas Agency/Ekstern PR
Ekstern PR adalah sebuah lembaga/perusahaan independen yang berbadan hukum dan bergerak dalam layanan di bidang humas. PR ekstern meliputi :
a. PR full service
Merupakan sebuah perusahaan tersendiri yang bergerak dalam bisnis pelayanan kehumasan, meliputi kegiatan konseling dan sekaligus pelaksana konsultasi dan pelayanan apa yang mereka berikanpada klien (biasanya perseorangan atau perusahaan lain), tergantung dari apa kompetensi yang dimiliki oleh para pelaku atau “pemain” dalam perusahaan PR tersebut.
b. PR consultant
Merupakan perusahaan PR yang bergerak dalam layanan konsultasi kehumasan. Pelayanan konsultasi yang mereka berikan juga tergantung dari kompetensi yang dimiliki para konsultannya. Pada PR consultant, ada yang berbentuk perusahaan dengan pimpinan dan beberapa staf ahli, namun dewasa ini ada konsultan perseorangan dalam arti dia bekerja sendiri tanpa adanya staf yang lain.
c. Event organizer
Merupakan suatu perusahaan yang melayani jasa sebagai pelaksana sebuah event / kegiatan yang berhubungan dengan publik. Perusahaan ini cenderung spesialis, misalnya:
1) Launching product
2) Pameran, exhibition
3) Pertemuan-pertemuan (seminar, lokakarya, konvensi, konferensi)
4) Jumpa pers/press conference, press tour, dan sebagainya
5) Show dan kontes-kontes
Beberapa contoh PR consultant dan full service di Indonesia adalah Fortune-PR, Ida Sudoyo dan Associates, Eksekutif PR, Indo PR, M-PR consultant, Ganesha PR, Soedarto dan Noeradi PR counselor.
3. Profil Petugas Humas
Petugas humas haruslah orang yang cukup terampil, khususnya di bidang penulisan (writing), speaking, mendengarkan, membaca, dan menggunakan alat –alat komunikasi lainnya. PRO (petugas-petugas humas) harus memiliki pengetahuan yang mendalam tentang berbagai macam media dan memahami proses manajemen. PRO harus memiliki kemampuan dalam memecahkan suatu masalah (problem solver), dalam mengambil keputusan, mengelola opini publik, mengevaluasi kecenderungan perilaku dan respon publik. PRO harus memiliki selera dan kepribadian yang baik tentang etika, simpati dan empati, kepemimpinan, semangat/etos, kreativitas dan imajinasi, kematangan /stabilitas kepribadian serta integritas pribadi.
BAB 7
ORGANISASI PROFESI HUMAS
1. Perhumas
Pada 15 Desember 1972 para praktisi humas di Indonesia mendirikan Perhumas (perhimpunan hubungan masyarakat Indonesia) di Jakarta. Maksud pendirian ini adalah untuk menghimpun dan membentuk wadah bagi praktisi. Adapun tujuannya adalah :
a. Meningkatkan perkembangan dan keterampilan profesional hubungan masyrakat di Indonesia
b. Memperluas dan memperdalam pengetahuan mengenai hubungan masyarakat
c. Meningkatkan kontak dan pertukaran pengalaman di anatara para anggotanya
d. Menyelenggarakan hubungan dengan organisasi-organisasi serumpun dengan bidang hubungan masyarakat, di dalam maupun di luar negeri
Tahun 1977 Perhumas memprakarsai berdirinya organisasi humass di Asia Tenggara, yakni FAPRO (Federation of ASEAN Public Relations Organization) di Kuala Lumpur. Indonesia melalui Perhumas ditunjuk menjadi tuan rumah Konferensi FAPRO di Jakarta.
Sebagai organisasi resmi, Perhumas telah mendapatkan kode etik profesi dan telah terdaftar di Departemen Dalam Negeri dan Departemen Penerangan (waktu itu), serta tercatat dan diakui oleh International Public Relations Association (IPRA), yang merupakan organisasi profesi di tingkat internasional.
2. APRI
Bila Perhumas menghimpun para praktisi, di Indonesia juga terdapat organisasi yang menghimpun perusahaan humas, yakni APRI (Asosiasi Perusahaan Public Relations). APRI didirikan pada 10 April 1987di Jakarta dan bersifat Independen. Adapun tujuannya adalah :
a. Menghimpun, membina, dan mengarahkan potensi perusahaan public relations nasional agar secara aktif, positif, dan kreatif turut serta dalam usaha mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur berlandaskan Pancasila dan UUD 1945
b. Mewujudkan fungsi public relations yang sehat, jujur, dan bertanggung jawab sesuai dengan kode praktik dank ode etik yang lazim berlaku secara nasional dan internasional
c. Mengembangkan dan memajukan kepentingan asosiasi dengan memberikan kesempatan kepada para anggota untuk konsultasi dan kerjasama serta memberikan saran bagi pemerintah, badan-badan kemasyarakatan, asosiasi yang mewakili dunia industry dan perdagangan, serta badan-badan lain untuk berkonsultasi dengan APRI sebagai suatu lembaga
d. Memberi informasi kepada klien bahwa anggota APRI memenuhi syarat untuk memberikan nasihat dalam bidang public relations dan akan bertindak untuk klien menurut kemampuan profesionalnya
e. Merupakan sarana untuk para anggotanya dalam soal-soal kepentingan usaha dan profesi, dan menjadi forum koordinasi praktik public relations
f. Merupakan medium bagi masyarakat umum untuk mengetahui mengenai pengalaman dan kualifikasi para anggotanya
g. Membantu mengembangkan kepercayaan umum atas jasa public relations
3. Organisasi Profesi Humas di Luar Negeri
a. PRSA (Public Relations Sociaty of America)
Berdiri tahun 1947 dan berkantor pusat di New York. Adapun tujuannya adalah :
1) Untuk menyatukan mereka yang melakukan kegiatan di bidang humas
2) Untuk mempertimbangkan segala masalah yang dihadapi bidang kehumasan
3) Untuk merumuskan, memajukan, menjelaskan kepada kelompok-kelompok usaha, profesional, dan lain-lain, serta masyarakat, tujuan-tujuan, dan fungsi humas, dan mereka yang bergiat di bidang humas
4) Untuk memperbaiki hubungan pelaksana humas dengan para majikan dank lien, dengan media mapan mengenai informasi dan opini, dan dengan masyarakat
5) Untuk memajukan dan berusaha mempertahankan standar yang tinggi pelayanan umum dan tingkah laku
6) Untuk bertukar pikiran dan pengalaman, dan untuk menghimpun dan menyebarkan informasi yang bernilai kepada para petugas humas dan masyarakat
7) Untuk menggiatkan, mensponsori, dan membantu perkembangan riset belajar dan cara mengajar dalam golongan masyarakat humas melalui ceramah-ceramah dan kursus-kursus lain yang dapat menjadi keharusan dan dilakukan secara beraturan pada lembaga-lembaga pendidikan yang mapan
8) Menyediakan sarana dan kesempatan bagi riset dan analisis mengenai setiap dan segala segi kehumasan melalui berbagai forum, diskusi, survey, pertemuan umum, pameran, dan konferensi
9) Untuk menerbitkan pamflet, buku, monografi, dan secara umum menyebarkan informasi mengenai masalah humas
10) Untuk memberikan, menghibahkan, dan mensponsori pemberian beasiswa dan hadiah pada lembaga pendidikan yang diakui bagi pengkajian dan riset di bidang humas
b. Institute Public Relations of British (IPR)
IPR merupakan organisasi humas di Inggris yang didirikan pada 1948 oleh sekelompok pegawai humas dari pemerintah pusat, lokal, kalangan industri, dan sektor perdagangan. Secara resmi IPR diresmikan dan mendapat pengakuan tahun 1964. Adapun tujuan IPR adalah :
1) Untuk memajukan perkembangan humas demi kepentingan semua praktisi dan semua pihak yang berkaitan dengan humas
2) Untuk memupuk dan mendorong ketaatan pada standar profesional yang tinggi bagi para anggotanya dan untuk menetapkan serta merumuskan standar-standar semacam itu
3) Untk mengatur pertemuan, diskusi, konferensi, dan lain-lain mengenai masalah yang menjadi kepentingan bersama dan secara umum untuk bertindak sebagai wadah bagi pertukaran gagasan mengenai praktik kehumasan
c. Netherlands Society of Public Relations
Beberapa tokoh pers terkemuka di Belanda merintis suatu perhimpunan profesi humas yang pada 1952 telah mendapat izin dari kerajaan dengan nama Netherlands Society of Public Relations dan pada 1979 namanya diganti menjadi NGPR (Vereniging voor Public Relations en Voorlichting/Asosiasi PR dan informasi).
Keanggotaannya terbuka bagi semua orang yang bekerja di bidang humas dan penerangan yang memiliki nama baik dan berkewarganegaraan Belanda. Anggota harus menaati disiplin NGPR dan pelanggaran akan dikenakan sanksi oleh suatu panitia disiplin. NGPR juga mengawasi ujian yang diakui oleh pemerintah sejak 1967.
4. Organisasi Profesi Humas Internasional
Organisasi humas di tingkat internasional terbentuk pada Mei 1955 dalam suatu pertemuan di Stratford-Upon-Avon dengan nama International Public Relations Association (IPRA) yang tujuannya adalah :
a. Menyediakan jalur bagi pertukaran gagasan dan pengalaman profesional
b. Mengadakan suatu rotasi (perputaran) apabila anggotanya setiap saat memerlukan pemberitahuan dan bimbingan, dapat meyakini akan kebaikan dan bantuan dari para anggotanya di seluruh dunia
c. Membantu mencapai kualitas tertinggi tentang praktik kehumasan
d. Meningkatkan praktik kehumasan di semua bidang kegiatan di dunia dan memajukan nilai-nilai dan pengaruhnya
e. Meninjau dan mencari jalan keluar terhadap permasalahan yang mempengaruhi praktik kehumasan yang biasa terjadi di berbagai Negara
f. Menerbitkan berbagai bulletin, majalah, atau terbitan-terbitan lain, termasuk “Who’s Who” di bidang humas internasional
g. Mengerjakan kegiatan-kegiatan lain yang mungkn dapat menguntungkan para anggotanya atau memberikan kemajuan bagi praktik kehumasan di seluruh dunia
BAB 8
TOKOH DAN PERISTIWA PENTING
Sejak zaman Yunani kuno dan kekaisaran romawi, aktivitas-aktivitas yang mirip humas pada masa itu telah menjadi bagian integral dari pemerintahan. Pihak pertama yang menerapkan teknik-teknik kehumasan dalam “manajemennya” adalah pihak pemerintahan.
Tahun 1807 ketika Presiden Thomas Jefferson dari Amerika sedang mengarang pidatonya yang ke 7 bagi kongres, diperkirakan saat itu dia adalah pemakai istilah humas yang pertama. Ia mencoret kata state of thought dan sebagai gantinya ia menuliskan public relations.
Tahun 1903 seorang tokoh dari Amerika yang kemudian dikenal sebagai “Good Father of PR” untuk praktik kehumasan, Ivy Ledbetter Lee meninggalkan pekerjaannya sebagai reporter dan memulai pekerjaannya sebagai agen pers. Tahun 1906 ia melontarkan pernyataannya yang termashur. Ia berjanji: “menyediakan berbagai macam informasi yang cepat serta akurat, khususnya mengenai segala sesuatu yang bernilai tinggi dan menyangkut kepentingan-kepentingan umum, sehingga memang perlu diketahui oleh segenap lapisan masyarakat”. Pada 1914, Ivy Ledbetter Lee menjadi penasihat pribadi raja minyak Amerika, John Rockeffeler Jr. dan baru tahun 1919 ia menggunakan istilah public relations.
Kegiatan kehumasan juga telah dilakukan oleh komisi asuransi di Inggris pada tahun 1919 atas instruksi Lylod George, chancellor of the exchequer (bendahara negara) untuk menjelaskan undang-undang asuransi nasional. Pada waktu itu dia mengorganisir sebuah tim tersendiri yang khusus bertugas untuk memberi penjelasan perihal rancangan pensiun bagi kaum lanjut usia yang pertama di dunia kepada masyarakat luas.
Perang dunia I merupakan pendorong bagi humas Amerika Serikat. Presiden Wilson membentuk panitia penerangan masyarakat sebagai tanggapan atas usulan seorang wartawan sahabatnya, George Creel. Panitia Creel berkembang menjadi perusahaan besar yang mendemonstrasikan kekuatan publisitas yang terorganisir. Di antara orang berbakat dalam kelompok Creel, muncullah seorang tokoh yang pada 1999 lalu dikukuhkan sebagai “God Father of PR” atas pemikirannya dalam falsafah dan pendidikan humas, yaitu Edward L. Bernays, kemenakan Sigmun Freud. Dia banyak mendapat perhatian praktisi humas dunia. Ia mengatakan bahwa public relations bukan semata-mata ilmu komuikasi, melainkan adalah terapan ilmu social yang sangat luas.
Antara tahun 1926 hingga 1933, di Inggris berlangsung suatu upaya kehumasan besar-besaran pada zamannya. Tahun 1926, Kerajaan Inggris membentuk Dewan Penasihat Kerajaan yang merupakan tanda pertama digunakannya humas sebagaimana kita kenal sekarang. Tujuan dari dewan ini adalah membuat kerajaan tetap menjadi pikiran rakyat Inggris. Ketika itu Sir Stephen Tallents, atas nama Dewan Pemasaran Kerajaan (Empire Marketing Board) sengaja menyediakan dan membelanjakan ndana kerajaan satu juta poundsterling untuk mempopulerkan buah-buahan serta berbagai macam produk Inggris lain di kalangan masyarakatnya.
Di antara kedua Perang Dunia, terjadi perkembangan pesat aktivitas humas di setiap bidang kehidupan Amerika Serikat. Tanda-tanda akan pecahnya Perang Dunia II mempercepat tendensi tersebut dan sekali lagi Pemerintah Amerika merintis jalan dengan membentuk kantor informasi perang (OWI-the office of war information) di bawah pimpinan Elmer Davis.
Presiden Andrew Jackson adalah presiden pertama yang sangat menggantungkan diri pada wartawan untuk mendapatkan nasihat-nasihat dan bantuan, staf Presiden F. Delano Roosevelt mempergunakan radio untuk mengudarakan obrolan-obrolannya yang terkenal guna membangun kepercayaan dan mendapatkan dukungan bagi program-programnya. Pendekatan itu kemudian dipakai oleh Presiden John F. Kennedy dengan media komunikasi baru, televisi.
Dengan pecahnya Perang Dunia pada 1939, sekali lagi di Inggris dibentuk kementrian penerangan. Pada saat yang bersamaan juga dibentuk unit-unit humas di semua cabang angkatan bersenjata. Ketika Perang Dunia berakhir diputuskan untuk mengganti kementrian penerangan dengan suatu lembaga nonkementrian, yaitu Kantor Pusat Penerangan. Penunjukan seorang petugas humas oleh National Association of Local Government Officer pada tahun 1937 dilengkapi dengan sistem kehormatan dan para petugas humas cabang.
Humas di Dunia Ketiga
Dokumen sejarah humas di dunia ketiga memang tidak selengkap dan sebaik yang dilakukan oleh negara-negara Eropa (Inggris) dan Amerika. Banyak faktor yang mempengaruhi, selain mental adalah masalah keahlian dalam mendokumentasikan kejadian-kejadian penting. Budaya penelitian di dunia ketiga sangat jauh tertinggal dibandingkan dengan negara-negara Eropa dan Amerika.
Alwi Dahlan dalam suatu Konvensi Nasional Humas di Surabaya, 1944, pernah mengatakan bahwa dalam sejarah RI, peristiwa humas pertama kali terjadi pada 18 Agustus 1945. Ketika Bung Karno memutuskan untuk menunda siding PPPK agar dapat memberi penjelasan kepada pers mengenai pemilihan presiden sebelum membahas perumusan rancangan UUD. Sementara itu, M. Linggar dalam sebuah bukunya yang terbit tahun 2000 mengatakan bahwa praktik humas dalam pengertiannya yang paling hakiki sudah ada di Nusantara sebelum kedatangan Belanda. Sebagai suatu contoh adalah usaha Panembahan Senopati, pendiri Kerajaan Mataram, untuk menyebarkan gossip bahwa ia dan keturunannya akan menjadi pasangan dan lindungan Nyai Roro Kidul, pada dasarnya menurut salah satu versi sejarah dimaksudkan untuk menyaingi pengaruh para Adipati di pesisir Pantai Utara Jawa yang kekuasaannya direstui oleh para Sunan (wali) yang sangat disegani.
Kepeloporan pemerintah terhadap bidang humas kemudian berkembang di sektor publik. Pada 1970 praktisi semua instansi pemerintah mempunyai bagian humas yang terlembaga dalam struktur kantor pemerintah hingga ke kantor Pemerintah Daerah Tk. II. Bahkan pada 1971 dibentuklah Badan Koordinasi Hubungan Masyarakat (BAKOHUMAS) pada Departemen Penerangan (DEPPEN), yang mengadakan kegiatan-kegiatan dalm rangka meningkatkan kemampuan profesional praktisi humas pemerintahan. Hingga DEPPEN dibrendel dalam kepemimpinan Abdurrahman Wahid, Presiden RI ke – 4 tahun 1999, aktivitas humas tidak berarti mulai diabaikan oleh pemerintah. Ini terbukti dengan tetap adanya bagian humas dalam Dinas Informasi dan Komunikasi serta digantikan dengan Dirjen Informasi dan Komunikasi RI.
Presiden Soeharto juga dikenal sebagai presiden yang banyak memanfaatkan aktivitas humas. Bahkan ia menyewa konsultan humas profesional dari negara maju, baik untuk segala aktivitas pribadi maupun untuk kepentingan negara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar